Tuesday, August 21, 2012
TITRASI ASAM-BASA : VOLUMETRI
TUJUAN
Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam dan basa.
Menstandarisasi larutan penitrasi.
Mengetahui titik ekuivalen dan titik akhir titrasi dari suatu titrasi.
Mengetahui cara melakukan titrasi pada asam-basa.
Mengetahui cara penggunaan buret dalam titrasi asam-basa.
PERTANYAAN PRAPRAKTEK
Dalam suatu titrasi asam-basa untuk menentukan konsentrasi larutan CH3COOH digunakan larutan baku NaOH 0,1 M dan indikator yang digunakan fenolftalein.Jika warna larutan CH3COOH berubah dari bening menjadi merah muda tepat ketika volume NaOH diteteskan sebanyak 20mL.Tentukan konsentrasi CH3COOH tersebut.
Sejumlah 5,00 gram asam diprotik dilarutkan dalam air hingga volume 250mL.Hitung lah massa molar asam jika 25,0 mL KOH 1,00 M untuk penetralan dalam.Dalam hal ini kedua proton asam tertitrasi.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan titrasi,titik ekuivalen,titik akhir titrasi,dan indikator.
TINJAUAN TEORITIS
Teori Jenis
TITRASI ASAM BASA
Salah satu aplikasi stoikiometri larutan adalah titrasi. Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Adapun beberapa teori yang telah ada sebelumnya mengenai asam dan basa,diantaranya teori asam basa menurut Arrhenius,bronsted lowry dan lewis.
Teori asam basa Arehenius
Menurut arhenius asam adalah suatu senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hydrogen(H+)
Contoh:
HCl(aq) H+ + Cl-
HNO3(aq) H+ + NO3-
Menurut Arrhenius basa adalah suatu senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidroksida (OH-)
Contoj :
NaOH(aq) Na+ +OH-
KOH(aq) K+ + OH-
Teori asam basa Bronsted Lowry
Asam adalah zat yang berindak sebagai pendonor proton.
Basa adalah zat yang bertindak sebagai penerima proton.
Contoh:
HCl + H2O H30+ + Cl-
Asam 1 Basa 2 Asam 2 Basa 1
Yang merupakan pasangan asam basa konjugasi adalah:
HCl dengan Cl-
H3O+ dengan H2O
Teori asam basa Lewis
Asam adalah suatu zat yang bertindak sebagai penerima pasangan electron bebas.
Basa adalah suatu zat yang bertindak sebagai pendonor pasangan electron bebas.
H
H H + H+ H H
Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa
Asam Kuat-Basa Kuat
Titrasi antara asam kuat dengan basa kuat memiliki Ph=7
Karena pada reaksi ini asam kuat dengan basa kuat sama-sama habis bereaksi,sehingga hanya akan menghasilkan garamnya saja.
Contoh :
- Asam kuat : HCl
- Basa kuat : NaOH
Persamaan Reaksi :
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- → H2O
Kurva Titrasi Asam kuat – Basa kuat
Asam kuat –Basa lemah
Titrasi antara Asam kuat dengan Basa lemah menghasilkan pH <7.
Karena pada reaksi ini akan menghasilkan asam kuat dengan garamnya.
contoh :
- Asam kuat : HCl
- Basa lemah : NH4OH
Persamaan Reaksi :
HCl + NH4OH → NH4Cl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + NH4OH → H2O + NH4+
Kurva Titrasi Asam kuat – Basa Lemah
Asam lemah-Basa Kuat
Titrasi antara asam lemah dengan basa kuat menghasilkan Ph>7.
Karena pada reaksi ini yang habis bereaksi adalah asam lemah,sedangkan yang bersisa adalah basa kuat dan garamnya.
contoh :
- Asam lemah : CH3COOH
- Basa kuat : NaOH
Persamaan Reaksi :
CH3COOH + NaOH → NaCH3COO + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- → H2O
Kurva Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat
V. Pembahasan
Standarisasi NaOH 0,1 M
Hasil Pengamatan :
Erlenmeyer Molaritas
HCl Volume
HCl Volume
NaOH
I 0,0008 M 25 ml 15,5 ml
II 0,0008 M 25 ml 14,9 ml
III 0,0008 M 25 ml 4,8 ml
Reaksi :
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(aq)
Pembahasan :
Erlenmeyer I
V1 M1 = V2 M2 Mol NaOH = M.V
(0,025) (0,0008) =(0,0155) M2 Mol NaOH = (0,00129) (0,0155)
(0,00002) = (0,0155) M_2 Mol NaOH = 0,00002 mol
M2 = 0,00002/0,0155
M2 = 0,00129 M
Erlenmeyer II
V1 M1 = V2 M2 Mol NaOH = M.V
(0,025) (0,0008) =(0,0149) M2 Mol NaOH = (0,00134) (0,0149)
(0,00002) = (0,0149) M_2 Mol NaOH = 0,00002 mol
M2 = 0,00002/0,0149
M2 = 0,00134 M
Erlenmeyer III
V1 M1 = V2 M2 Mol NaOH = M.V
(0,025 ) (0,0008) =(0,0048) M2 Mol NaOH = (0,0042) (0,0048)
(0,00002) = (0,0048) M_2 Mol NaOH = 0,00002 mol
M2 = 0,00002/0,0048
M2 = 0,0042 M
Dari Ketiga tabung errlenmeyer , dapat diperoleh :
Molaritas Rata-rata NaOH = (0,00129 M + 0,00134 M + 0,0042 M )/3
= (0,00683 M )/3
= 0,0023 M
Mol Rata-rata NaOH = (0,00002 + 0,00002 + 0,00002 )/3
= 0,00002/3
= 0,00002 M
Membuat Persentase asam asetat dalam cuka
Hasil Pengamatan :
Erlenmeyer Molaritas
NaOH Volume
Cuka Volume
NaOH
I 0,1M 2 ml 3,8 ml
II 0,1 M 2 ml 4,1 ml
III 0,1 M 2 ml 6,6 ml
Reaksi :
NaOH(aq) + HC2H3O(aq) NaC2H3O2(aq) + H2O(aq)
Pembahasan :
Volume Rata-rata NaOH = (3,8 ml + 4,1ml + 6,6ml )/3
= (14,5 ml)/3
= 4,83 ml
Massa Asetat
Massa Asetat = ρ .V
= (1,008)(2)
= 2,016 gr
Molaritas Asetat sebelum diencerkan
n = Gr/Mr M = n/v
= ( 2,016)/60 M = 0,03376/2
= 0,00376 M = 0,016 M
Molaritas setelah pengenceran
Erlenmeyer I
V1 M1 = V2 M2 Mol cuka = M.V
(0,002) M_1 =(0,0038) (0,1) Mol cuka = (0,19) (0,002)
(0,002) M_1 = (0,00038) Mol cuka = 0,00038 mol
M1 = 0,00038/0,002
M1 = 0,19 M
Erlenmeyer II
V1 M1 = V2 M2 Mol cuka = M.V
(0,002) M_1 =(0,0041) (0,1) Mol cuka = (0,205) (0,002)
(0,002) M_1 = (0,00041) Mol cuka = 0,00041 mol
M1 = 0,00041/0,002
M1 = 0,205 M
Erlenmeyer III
V1 M1 = V2 M2 Mol cuka = M.V
(0,002) M_1 =(0,0066) (0,1) Mol cuka = (0,33) (0,002)
(0,002) M_1 = (0,00066) Mol cuka = 0,00066 mol
M1 = 0,00066/0,002
M1 = 0,33M
Massa Akhir Asetat
Erlenmeyer I
Gr = Mol .Mr
Gr =(0,00038)(60)
Gr = 0,0228 gram
Erlenmeyer II
Gr = Mol .Mr
Gr =(0,00041)(60)
Gr = 0,0246 gram
Erlenmeyer III
Gr = Mol .Mr
Gr =(0,00066)(60)
Gr = 0,0396 gram
% Asetat
Erlenmeyer I
% asetat= (massa akhir)/(massa awal ) 100 %
% asetat= 0,0228/(2,016 ) 100 %
% asetat= 1,13 %
Erlenmeyer II
% asetat= (massa akhir)/(massa awal ) 100 %
% asetat= 0,0246/(2,016 ) 100 %
% asetat= 1,22 %
Erlenmeyer III
% asetat= (massa akhir)/(massa awal ) 100 %
% asetat= 0,0396/(2,016 ) 100 %
% asetat= 1,96 %
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment